Jakarta – kabaripost

Dalam5 (lima) tahun terakhir kontribusi industri manufaktur terhadap total PDB Indonesia terus turun di bawah 20%. Banyak faktor internal industri manufaktur maupun kebijakan yang menyebabkannya, termasuk juga tidak terlepas dari meningkatnya kontribusi sektor jasa terhadap total perekonomian kita. APINDO terus mendorong perbaikan sektor industri manufaktur melalui kebijakan untuk sinergi hulu hilir industri yang mesti konsisten dijalankan dengan berbagai skema insentif, dukungan perdagangan internasional FTA-CEPA, akses lahan serta perijinan, ketenagakerjaan dan sebagainya.

Hal tersebut disampaikan Ketua Umum APINDO, Hariyadi B. Sukamdani dalam Launching Kerjasama ABILEC (Apindo Business & Industry Learning Center) & Institut IBIMA, Senin (13/2/2023) di kantor APINDO.

Program ini merupakan Kerjasama IBIMA Indonesia bersama APINDO yang diharapkan menjadi agregator bisnis dan industri serta berperan aktif dan menjadi solusi atas tantangan kebutuhan pengembangan SDM 4in1, program link & match dunia usaha dunia industri, serta berbagai bentuk kerjasama yang melibatkan berbagai pihak.

Lebih lanjut, Hariyadi mengungkapkan Penerapan konsep lean dan industri 4.0 yang selanjutnya disebut Lean Industry 4.0 menjadi cara paling efektif untuk meningkatkan keunggulan operasional industri. Untuk dapat memaksimalkan potensi dan manfaat industri 4.0, perusahaan manufaktur sebaiknya lebih dulu menerapkan lean manufacturing practices secara benar. Aplikasi dari konsep lean manufacturing yaitu mengurangi lead time dan meningkatkan output dengan menghilangkan pemborosan (waste) yang terjadi di sebuah perusahaan. Industry 4.0 adoption dan lean manufacturing practices dapat mengarahkan perusahaan menuju manufacturing performance yang lebih optimal. Perusahaan yang berhasil menerapkan Lean Industry 4.0 dapat mengurangi biaya konversi sebanyak 40% dalam lima hingga sepuluh tahun jauh lebih baik daripada pengurangan penerapan lean atau industri 4.0 dalam setaranya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Bidang Industri dan Manufaktur APINDO, Johnny Darmawan menyebutkan jika Pertumbuhan industri manufaktur nasional pada triwulan III- 2022 menunjukan lebih baik dibandingkan triwulan II-2022 yang mencapai 4,33 persen. Data Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukan industri pengolahan nonmigas menjadi sektor yang konsisten dalam memberikan kontribusi paling besar terhadap PDB nasional. Pada triwulan III-2022, sumbangsih Industri manufaktur mencapai 16,10 persen, naik dibanding triwulan II-2022 di angka 16,01 persen.

Dalam Program Kerjasama ABILEC & Institut IBIMA, sejumlah kegiatan riil yang diusulkan diantaranya:

1. Membangun Kerjasama dan membuka kesempatan serta akses untuk pengembangan organisasi/perusahaan melalui Connected ecosystem & technology.

2. Memberikan akses lebih luas untuk networking & pilot project dalam upaya percepatan pemulihan pertumbuhan ekonomi bisnis & industri nasional.

3. Memberikan kesempatan untuk melakukan peningkatan penjualan dan penggunaan produk & karya anak bangsa dan menjalin hubungan serta aksesibilitas dengan berbagai stakeholders

4. Memberikan services dari program-program ABILEC & Institut IBIMA yang sangat solutif, konstruktif, kooperatif dan integratif untuk pemulihan bisnis/industri dan pengembangan SDM nasional

5. Memberikan akses dan dukungan penuh dalam pengembangan Research & Commercialization serta pengembangan Enterpreneurship & Incubator Center

Launching program ini juga didukung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto yang diwakili oleh Staf Ahli Menteri Bidang Transformasi Digital, Kreatifitas dan Sumber Daya Manusia, Rizal Edwin

Program ABILEC & Institut IBIMA menyiapkan (i) transformasi industri dan bisnis bagi seluruh pelaku industri dan bisnis di Indonesia bersama ABGC, serta (ii) membangun SDM Indonesia yang berdaya saing global bersama seluruh lapisan masyarakat industri dan pelaku bisnis di Indonesia.

Founder IBIMA, I Made Dana Tangkas mengatakan program ini diharapkan dapat segera direalisasikan untuk Membangun “The Best Industry & Business Way”melalui pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) industri, dan kepemimpinan bisnis (Business Leadership) berbasis teknologi masa depan, IR 4.0, dan tren kebutuhan kompetensi & profesionalisme secara nasional maupun global. Menuju Indonesia Emas Berdikari / Berintegritas, Industri Berdikari dan Sejahtera pada tahun 2025 (Fase 1) / 2030 (Fase 2).

(Red)

By admin