Bogor – kabaripost
Nama Alfiansyah Bustami mungkin terdengar asing ditelinga masyarakat Indonesia, nama tersebut memang tidak populer, namun menjadi viral sejak masa kampanye nama tersebut muncul bersamaan dengan foto KOMENG yang dipasang dibeberapa jalan utama dan beberapa perempatan di wilayah Bogor. Sontak nama tersebut menjadi perbincangan di tengah masyarakat ketika foto melotot dan muka manyun terpampang di surat suara dalam daftar Caleg DPD Dapil Jawa Barat.
Komeng ikut kontestasi politik Pemilu 2024, ia tidak berafiliasi dengan partai politik manapun namun ia memilih jalur DPD perwakilan Jawa Barat.
Dalam wawancara ringan dengan gayanya yang nyeleneh ia menyampaikan bahwa ia ingin menghidupkan semua gedung kesenian dan ingin membuat masyarakat Jawa Barat bahagia. Ia pun bermimpi ingin memajukan budaya Indonesia dan terobsesi seperti budaya Korea Selatan yang dapat menghipnotis dan menjajah sebagian besar masyarakat dunia dan Indonesia utamanya kaum hawa maupun remaja.
Sampai dengan tulisan ini dibuat nama Komeng melesat dalam perolehan suara, meninggalkan rekan sesama artis maupun rival politiknya yaitu petahana DPD Dapil Jawa Barat, Komeng berhasil mendulang suara di Kabupaten Bogor secara signifikan 118.532 suara dari total sementara 663.637 ( 16/2/24 ).
Jika dicermati fenomena munculnya Komeng dalam kontestasi politik 2024, telah membuat masyarakat Kabupaten Bogor terkesima dan memilih Komeng sebagai wakilnya di parlemen. Fakta menunjukkan perolehan suara Komeng termasuk sangat tinggi sampai saat ini dan meninggalkan petahana. Masyarakat Bogor memilih sosok Komeng seolah ingin adanya perubahan dalam segala bidang pemerintahan utamanya bidang pelayanan dan masyarakat pada dasarnya ingin mendapatkan kebahagiaan. Bisa jadi Komeng sukses di kemudian hari, jika ada kendaraan yang membawanya ikut berkontestasi di Pilkada Kabupaten Bogor sebagai tokoh alternatif. Karena pada dasarnya masyarakat tidak puas melihat pelayanan para pemimpinnya yang sedang duduk di pemerintahan dan menginginkan adanya perubahan pemimpin yang melayani bukan pemimpin yang minta dilayani.
*Catatan Harian : Rizkan Sahfudin ( pemerhati sosial )*
( Tim )