Rembang – kabaripost.com

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan dan Densus 88 AT Polri serta Pondok Pesantren LP3IA Al-Qur’an Narukan menggelar Dialog Kebangsaan Bersama Tokoh Agama Dalam Rangka Toleransi dan Moderasi Beragama di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya berkelanjutan dalam memperkuat pemahaman keagamaan yang moderat, inklusif, dan sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan di tengah masyarakat.

Kepala BNPT, Eddy Hartono, S.I.K., M.H., menegaskan sebagai sarana pencerahan di dalam berbangsa dan sekaligus mendukung program deradikalisasi serta penguatan moderasi beragama.

“Forum dialog kebangsaan ini menjadi wadah pencerahan bagi kita semua yang hadir,” ujar kepala BNPT saat menghadiri kegiatan tersebut pada Senin (22/12/2025).

Ia juga mendorong para mitra deradikalisasi untuk memanfaatkan momentum dialog sebagai ruang pembelajaran dan refleksi kebangsaan.

“Jadi gunakan waktu ini sebaik-baiknya dan ini merupakan pencerahan dan pembekalan untuk iman kita lebih tumbuh dan berkembang dalam rangka kita mengimplementasi sebagai Warga Negara Indonesia,” tambahnya.

Penguatan nilai dialog dalam ajaran Islam turut disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. Dirinya menilai bahwa melalui dialog ini, dapat menjadikan orang untuk berfikir lebih objektif.

“Awal Islam yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW itu sebagai agama dialog. Dialog itu menjadikan orang bisa berfikir objektif,” jelas Gus Baha.

Sementara itu, Pimpinan Pondok Pesantren LP3IA Al-Qur’an Narukan, Gus Umam, menekankan komitmen pesantren dalam mencetak santri yang tidak hanya memahami ilmu agama, tetapi juga memiliki wawasan kebangsaan.

“Pondok pesantren Al-Quran selalu berkomitmen mendidik santri tidak hanya memahami ilmu agama, tetapi juga memiliki sikap toleran, menghargai perbedaan, dan cinta terhadap NKRI. Kegiatan ini menjadi bagian dari ikhtiar bersama untuk menjaga persatuan dan kedamaian bangsa,” Gus Umam menjelaskan.

Dilain pihak, salah satu Mitra Deradikalisasi, Laswadi, mengungkapkan bahwa dialog kebangsaan memberikan dampak positif terhadap proses perubahan pemahaman.

“Dengan adanya dialog ini akan semakin menambah keyakinan saya akan perubahan dalam hal kearah yang lebih baik dalam bernegara berbangsa dan beragama,” ujarnya.

Ia menilai dialog bersama para ulama menjadi sarana efektif untuk meluruskan pemahaman keagamaan yang keras dan intoleran.

“Yang intoleran itu sangat diperlukan sangat efektif dengan dialog tentunya sehingga dengan dialog itu juga memahami sebetulnya apa yg dirasakan oleh kawan-kawan yang pemahamannya keras,” tambah Laswadi.

Sebagai informasi, kegiatan ini dilaksanakan secara luring dan daring, dengan diikuti oleh 20 mitra deradikalisasi (eks napiter) di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta 223 narapidana terorisme yang tersebar di 36 Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia, termasuk Lapas Nusakambangan. Keterlibatan peserta dari berbagai latar belakang tersebut diharapkan dapat memperluas jangkauan pesan moderasi beragama dan toleransi.

Melalui kegiatan ini, BNPT berharap dialog kebangsaan dapat menjadi ruang pencerahan bersama dalam memperkuat moderasi beragama, menumbuhkan sikap toleran, serta menjaga persatuan dan kedamaian bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Ali)

By admin